Selasa, 14 Juni 2016

Transgender Dorce Gamalama



TUGAS ANALISIS KASUS KESEHATAN MENTAL INDONESIA
NAMA            :           SITI HASANAH
NPM               :           1A514355
KELAS           :           2PA12
                                                                                                                                                           
TRANSGENDER DORCE GAMALAMA
Ø  Latar Belakang
Dalam suatu kasus yang sekarang, terjadi ketidak jelasan antar status jenis kelamin yang dia memiliki. Contohnya dia seorang laki-laki tetap dalam jiwanya dia memiliki jiwa wanita maupun kasus sebaliknya. Dan ada juga orang memiliki dua jenis kelamin yang tidak jelas apakah status kelaminnya yang sebenarnya. Hal tersebut membuat mereka berbeda dengan yang lainya. Mereka dianggap tidak normal dan berbeda dengan yang lainnya. Walaupun mereka berbeda dengan pria dan wanita normal tetapi sebagai warga negaranya. Mereka memiliki hak dan kewajiban untuk negaranya, terutama Hak Asasi Manusia. Seorang Waria memiliki HAM yang sama dengan pria dan wanita normal lainya, walaupun di mata masyarakat dia dianggap tidak jelas dengan status yang dimiliki dan menjadi bahan cemooh serta dapat dikucilkan oleh lingkungan.
Dari kasus di atas menjelaskan bahwa seseorang yang tidak jelas dengan status kelaminnya disebut transgender yang merupakan suatu gejala ketidak puasan seseorang karena merasa tidak adanya kecocokan antara bentuk fisik dan kelamin dengan kejiwaan ataupun adanya ketidakpuasan dengan alat kelamin yang dimilikinya. 

Ø  Pembahasan
§  Pengertian
Transgender adalah istilah yang digunakan untuk mendeskripsikan orang yang melakukan, merasa, berpikir atau terlihat berbeda dari jenis kelamin yang ditetapkan saat mereka lahir. "Transgender" tidak menunjukkan bentuk spesifik apapun dari orientasi seksual orangnya. Orang-orang transgender dapat saja mengidentifikasikan dirinya sebagai heteroseksual, homoseksual, biseksual, panseksual, poliseksual, atau aseksual.
§  Tanda-tanda transgender yang bisa dilacak melalui DSM, antara lain:
(1)   Perasaan tidak nyaman dan tidak puas dengan salah satu anatomi seksnya;
(2)   Berharap dapat berganti kelamin dan hidup dengan jenis kelamin lain;
(3)   Mengalami guncangan yang terus menerus untuk sekurangnya selama dua tahun
(4)   Adanya penampilan fisik interseks atau genetik yang tidak normal;
(5)   Dan dapat ditemukannya kelainan mental semisal schizophrenia.
§  Faktor penyebab terjadinya transgender
(1)   Faktor bawaan (hormon dan gen)
Faktor genetik dan fisiologis adalah faktor yang ada dalam diri individu karena ada masalah antara lain dalam susunan kromosom, ketidak seimbangan hormon, struktur otak, kelainan susunan syaraf otak,
(2)   Faktor lingkungan.
Faktor lingkungan di antaranya pendidikan yang salah pada masa kecil dengan membiarkan anak laki-laki berkembang dalam tingkah laku perempuan, pada masa pubertas dengan homoseksual yang kecewa dan trauma, trauma pergaulan seks dengan pacar, suami atau istri.
§  Dampak Menjadi Transgender
(1)   Mereka dianggap memiliki perbedaan yang membuat orang memandang itu tidak layak untuk hidup berdampingan.
(2)   Biasanya mereka dikucilkan dari lingkungan dan dijadikan bahan pembicaraan atau cemooh oleh masyarakat sekitar. Bahkan mereka dianggap membawa pengaruh negativ untuk lingkungan masyarakat.
(3)   Diskriminasi yang mencederai hak waria sebagai warga negara misalnya mencari pekerjaan. Dan merekapun juga dianggap sampah masyarakat.
(4)   Kebanyakan masyarakat memandang seorang yang terkait kasus transgender seperti waria memiliki pandangan negatif, karena mereka menganggap bahwa seorang transgender itu telah mengubah kodrat yang diberikan Tuhan sejak lahir dan itu merupakan larangan agama.

Ø  Kasus
Dorce Gamalama (lahir di Solok, Sumatera Barat, 21 Juli 1963; umur 52 tahun, lahir dengan nama Dedi Yuliardi Ashadi) adalah penghibur Indonesia. Ia telah berkecimpung dalam profesi pelawak, pembawa acara, film, dan musik.  Karier musiknya diawali dengan menyanyi bersama kelompok Bambang Brothers waktu ia masih SD. Di SMP ia semakin tidak tertarik pada pelajaran sekolah dan lebih memusatkan perhatian pada karier menyanyi. Selain itu ia juga mulai menyadari kecenderungannya untuk tertarik pada pria. Hal ini juga ia manfaatkan untuk membuat penampilannya di panggung tambah menarik, yaitu melawak dengan berpura-pura menjadi wanita. Ketika itulah ia mendapatkan nama panggilan dari Myrna pemimpin kelompok tari waria Fantastic Dolls, yaitu Dorce Ashadi.
Karena semakin merasa terperangkap dalam tubuh seorang laki-laki, ia kemudian memutuskan untuk operasi ganti kelamin menjadi seorang wanita. Hal ini dilakukannya di Surabaya. Walaupun mendapat tentangan dari berbagai pihak, hal ini juga diberitakan luas oleh media massa dan membuat Dorce semakin terkenal. Setelah muncul di TVRI stasiun daerah Surabaya, ia mulai muncul juga di TVRI pusat Jakarta dan diundang untuk tampil di berbagai kota di Indonesia. Hal ini diikuti oleh film Dorce Sok Akrab dan Dorce Ketemu Jodoh, dan kontrak rekaman.

Ø  Analisis Kasus
1.      Analisis kasus ini menggunakan Teori Erich Erikson yaitu Pasca-Aliran Freud (Post-Freudian) dimana Dorce mengalami gangguan pada tahap perkembangan kepribadiannya. Erickson adalah orang yang menyumbangkan istilah kritis identitas. Teori yang dikemukakan Erickson mengembangkan tahapan perkembangan anak-anak Freud menjadi remaja, masa dewasa, dan usia lanjut. Erickson menyatakan bahwa tiap tahap, perjuangan psikososial spesifik memberikaan kontribusi pada pembetukan kepribadian. Dari mulai remaja hingga seterusnya, perjuangan tersebut berbentuk krisis identitas, yaitu titik balik dalam hidup seseorang yang dapat memperkuat atau memperlemah kepribadian. Erikson menekankan pada pengaruh sosial dan sejarah untuk menguraikan tahapan psikoseksual setelah masa kanak-kanak. Terbukti pada saat Dorce remaja, ia merasa bahwa identitasnya adalah wanita walau sebenarnya ia terlahir sebagai lelaki.
2.      Pada kasus ini, Dorce mengalami gangguan di salah tahap perkembangan psikoseksual. Dimana pada salah satu tahap perkembangan menurut Erickson tidak dilewati secara baik. Pemahaman tentang tahapan perkembangan psikoseksual Erikson membutuhkan pemahaman tentang beberapa poin. Pertama, pertumbuhan terjadi berdasarkan prinsip epigenetik, yaitu satu bagian komponen yang tumbuh dari komponen lain dan memiliki pengaruh waktu tersendiri, namun tidak menggatikan komponen sebelumnya. Kedua, di dalam tiap tahapan kehidupan terdapat interaksi berlawanan, yaitu konflik antara elemen sintonik (harmpnis) dan elemen distonik (mengacaukan). Disini rasa percaya berlawanan dengan rasa tidak percaya ( Basic Trust vs Mistrust), mungkin ini yang dialami oleh seorang Dorce Gamalama dimana ia merasa tidak percaya diri dengan keadaan fisiknya sebagai lelaki, dia cendrung nyaman dengan penampilan sebagai wanita.
3.      Ketiga, ditiap tahap konflik antara elemen distonik dan sintonik menghasilkan kualitas ego dan kekuatan ego yang Erickson sebut sebagai kekuatan dasar (basic strength). Diantara rasa percaya dan tidak percaya munculnya harapan, kualitas ego yang memungkinkan seseorang untuk maju ketahap selanjutnya. Seorang yang memiliki “gangguan seksualitas” akan berbenturan dengan kenyataan dan akan mengacaukan pada tahapan perkembangan yang dilaluinya. Dia akan marasakan kebingungan akan dirinya karena dia mempunyai kekuatan dasar atau kekuatan ego yang tidak sesuai dengan kenyataan dirinya.
4.      Keempat, terlalu sedikitnya kekuatan pada satu tahap mengakibatkan patologi inti (core pathology) pada tahap tersebut dan setiap tahap memiliki potensi patologi inti. Biasanya yang terjadi seorang anak yang tidak memperoleh cukup harapan selama masa bayi akan berlawanan dari harapan. Orang yang mengalami transgender pada masa kecilnya biasanya tidak diharapkan untuk tumbuh menjadi apa yang telah dimilikinya. Seseorang terlahir sebagai laki-laki namun pengharapan orang tua pada si anak tsb menjadi seorang wanita dan orang tuanya juga memperlakukan sebagai seorang anak perempuan. Hal ini bisa terjadi dan bisa menjadi penyebab seseorang yang mengalami ganguan seksualitas dan memutuskan untuk trans gender.
5.      Kelima, kedelapan tahap perkembangan Erickson tidak hanya mengacu pada tahap psikososial, namun juga tak pernah meninggalkan aspek biologis dalam perkembangan manusia. Tidak hanya karena lingkungan sosial seseorang menjadi trans gender tapi juga ada faktor biologis dalam dirinya. Seseorang bisa saja terjebak didalam tubuh yang tidak sesuai dengan kepribadiannya, dalam kasus ini Dorce mempunyai lebih banyak hormon perempuan yang dihaslkan daripada hormon laki-laki. Hal itu yang menyebabkan Dorce menjadi suka berdandan dan suka segala sesuatu yang menjadi kesukaan perempuan.
6.      Keenam, peristiwa peristiwa ditahap sebelumnya tidak menyebabkan perkembangan kepribadian selanjutnya. Ketujuh, selama tiap tahapan, khususnya sejak remaja dan selanjutnya perkembangan kepribadian ditandai oleh krisis identitas yang Erickson sebut sebagai “titik balik”. Krisis identitas ini terjadi pada tahap remaja, pada tahap ini seseorang mengalami pubertas , remaja mencari peran baru untuk membantu mereka menemukan jati diri, idenstitas seksual, ideologis dan pekerjaan mereka. Disinilah tahap yang berperan dalam pengambilan keputusan siapa jati diri seseorang karena pada tahap ini remaja mengalami masa identas versus kebingungan idenitas. Seorang Dorce Gamalama juga mengalami krisis identitas, ia memutuskan apa yang ia yakini dan apa yang dia percaya tentang dirinya. Ia merasa bahwa jati dirinya sebagai seorang perempuan bukan sebagai seorang laki-laki. Pilihan yang tentu saja sulit, ketika keluarganya mengetahui bahwa dia dilahirkan sebagai seorang laki-laki dan untuk memutuskan untuk mengambil langkah mengikuti kata hatinya juga merupakan suatu tahap yang sangat sulit. Karena belum tentu keluarga dan lingkungan sosial mendukung tentang keputusannya. Disinilah peran sosial dalam pembentukan kepribadian maupun untuk membantu masa krisis identitas seseorang. Jika lingkungan sosial dan keluarga mendukung apa yang menjadi keputusan Dorce, maka Dorce pun akan mudah memilih jati diri yang sesuai dengannya. Hingga ia memutuskan untuk transgender. Meskipun banyak orang yang masih bertanya tanya tentang dirinya, namun Dorce cukup percaya diri karena ia mempunyai kekuatan dasar dalam dirinya sebagai seorang perempuan dan juga mendapat dukungan dari lingkungan sekitarnya seperti keluarga dan teman dekatnya. Dengan dukungan sosial iniliah yang membuat dena menajadi lebih berani dalam memilih kariernya dan bisa menjadi seorang transgender yang sukses.

                                                                                                                                                           
v  Pandangan saya terkait pada kesadaran akan Kesehatan Mental di Indonesia
Berdasarkan beberapa kasus yang berkaitan dengan kesehatan mental, masyarakat Indonesia kurang aware akan pentingnya kesehatan mental karena berdampak langsung terhadap kehidupan masing-masing individu dan juga lingkungan sekitarnya.  Selain itu, sebagai sesama manusia kita masih kurang bisa untuk menerima kekurangan orang lain. Dalam hal ini termasuk sikap tidak menerima berbagai kondisi yang dialami oleh penderita gangguan mental. Perilaku negatif dari masyarakat dan stereotip bahwa penderita gangguan mental adalah seorang aneh dan berbahaya yang sering diberikan masyarakat kepada para penderita semakin mempersulit penderita untuk dapat menerima penanganan yang sesuai dan menghambat proses kesembuhan dan adaptasi sosial penderita.
Kondisi semakin diperburuk dengan sikap masyarakat yang lebih memilih untuk melakukan pemasungan daripada mencari psikolog, psikiater ataupun mental health care. Berbagai kondisi tersebut membuat para penderita semakin kesepian dan terisolasi. Sebagian bahkan menginternalisasi pesan dan membentuk citra diri negatif sehingga para penderita merasa tidak layak untuk hidup dan memilih untuk melukai diri sendiri bahkan bunuh diri.

v  Masukan untuk meningkatkan kesadaran Kesehatan Mental di Indonesia
1.      Mengurangi stigma negatif terhadap para penderita serta menyadari dan menerima bahwa para penderita sebenarnya juga merupakan seorang manusia yang layak untuk mendapatkan perhatian dan penanganan yang sesuai.
2.      Selain itu, pemerintah dapat memberikan sosialisasi dan edukasi tentang berbagai gangguan mental untuk mengurangi stigma dan salah persepsi yang sering disematkan masyarakat kepada penderita.
3.      Pemerintah juga perlu untuk lebih memperhatikan fasilitas dan kualitas dari penanganan penderita.
4.      Pendidikan yang lebih baik juga perlu diberikan kepada orang – orang yang concern dan aktif dalam menangani penderita.
5.      Sudah saatnya alokasi dana dari pemerintah tidak hanya digunakan untuk kesehatan fisik semata tetapi juga kesehatan mental, mengingat banyak pula riset yang menyatakan bahwa sebagian besar masalah kesehatan fisik berakar pada masalah mental.

DAFTAR PUSTAKA
Juwilda (2010). Transgender : Manusia keragaman dan kesetaraan. Palembang : Universitas Sriwijaya
Ofm Semiun Yustinus (2006). Kesehatan mental 1. Yogyakarta : Penerbit Kanisius.
Feist , Jess & Gregory .J.Fiest (2013) .Teori Kepribadian. Jakarta : Salemba Humanika
Alwisol (2009). Psikologi Kepribadian. Malang : UMM Press.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar