Senin, 04 Mei 2015

Tugas Psikologi Umum



TUGAS
PSIKOLOGI UMUM


Disusun oleh:
         Siti Hasanah
         1A514355






1PA04

FAKULTAS PSIKOLOGI
JURUSAN PSIKOLOGI
UNIVERSITAS GUNADARMA
DEPOK
2015






EMOSI DAN STRESS IBU RUMAH TANGGA

            Ibu rumah tangga adalah seorang wanita yang bekerja menjalankan atau mengelola rumah keluarganya, bertanggung jawab untuk mendidik anak-anaknya, memasak dan menghidangkan makanan, membeli barang-barang kebutuhan keluarga sehari-hari, membersihkan dan memelihara rumah, menyiapkan dan menjahit pakaian untuk keluarga, dan lain sebagainya. Ibu rumah tangga umumnya tidak bekerja di luar rumah.
            Selain mengurus keluarga, beberapa ibu rumah tangga juga mengurus biaya rekening telepon, rekening listrik, rekening PAM dan juga mengurus iuran sekolah anak, yang terkadang terasa melelahkan. Keadaan ini dapat terjadi pada ibu rumah tangga yang tidak memiliki pramuwisma, karena semua pekerjaan di rumah dilakukan oleh ibu rumah tangga . Kelelahan fisik akibat rutinitas urusan rumah tangga sehari-hari dapat berakibat pada kelelahan psikologis emosional ibu rumah tangga. Beban kelelahan fisik, psikologis dan emosional ibu rumah tangga  cenderung  akan  mempengaruhi  perilaku  sehari-harinya  yang  kurang menguntungkan anggota keluarganya termasuk anak-anaknya seperti memarahi, memukul, mencubit, berbicara dengan kasar dan menyakitkan perasaan. Dengan kata lain ibu rumah tangga stress akibat kelelahan karena rutinitas urusan rumah tangga dapat mempengaruhi munculnya perilaku agresif pada ibu rumah tangga.
            Emosi yang ditimbulkan oleh ibu rumah tangga saat mengalami kelelahan psikologis adalah emosi negatif yang berupa kemarahan. Walau pada dasarnya macam-macam emosi tidaklah selalu negatif. Dan emosi kemarahan ibu rumah tangga dapat menyebabkan kecenderungan menimbulkan stress, perilaku agresif bahkan frustasi.
            Agresif adalah tingkah laku kekerasan fisik maupun verbal terhadap individu-individu lain atau objek lain. Menurut Krahe, menunjukkan bahwa perempuan lebih sering terlibat dalam penganiayaan anak dibandingkan laki-laki. Hal ini antara lain karena merekalah yang lebih banyak bertanggung jawab mengasuh anak terutama anak-anak yang masih kecil. Dengan demikian, mereka pulalah yang lebih berkemungkinan menghadapi masalah-masalah dalam interaksinya dengan anak, yang pada akhirnya mengarah pada kekerasan. Salah satu pemicu tingkah laku agresif ibu rumah tangga adalah beban yang berasal dari beban tugas- tugas rumah yang harus diselesaikan. Seperti yang disinggung dalam definisi Crow & Crow bahwa semua itu bergantung pada emosi yang kita pilih dalam reaksi kita terhadap orang lain, kejadian-kejadian dan situasi di sekitar kita.
            Kemarahan selalu berhubungan dengan keadaan tertentu, kemarahan bisa pula timbul sehubungan dengan keadaan yang sebetulnya tidak lazim menimbulkan kemarahan. Emosi adalah reaksi kompleks yang mengandung aktivitas dengan derajat yang tinggi, dan adanya perubahan dalam kejasmanian serta berkaitan dengan perasaan yang kuat. Emosi pada ibu rumah tangga bersifat intens, yaitu sering karena kelalahan psikologis yang memicu terbentuknya emosi. Waktu emosi juga relatif singkat, karena tidak mungkin ibu rumah tangga emosi kepada anaknya dalam waktu yang panjang. Pasti sang ibu mempunyai perasaan tidak tega jika meluapkan emosi kepada ananknya secara berkepanjangan. Ibu rumah tangga yang sedang emosi juga sering merubah perilakunya, tergantung perasaannya saat itu. Lalu ibu rumah tangga yang sedang emosi pasti mengalami gangguan hubungan antara lingkungan sekitar.
             Hal ini dialami oleh ibu rumah tangga yang bertempat tinggal di Kompel X seperti yang diungkapkan dibawah ini :
Saya capek dengan tugas-tugas saya di rumah, saya merasa terbebani dengan semuanya. Saya membereskan rumah tiap hari, mengurusi keperluan rumah tangga. Saya bosan dengan kegiatan-kegiatan seperti itu kalau di rumah. Selain itu jika anak saya nangis, rewel, minta ini minta itu semuanya harus diturutin sama anak saya. Saya pusing dengan dengan tangisan dan rengekan anak saya. Saya jadi kesal dan saya cubit anak saya biar berhenti nangisnya” (T, ibu rumah tangga, 45 tahun).
            Berdasarkan ungkapan ibu T diatas yang mempunyai banyak pekerjaan di rumah tangga dan merasa terbebani dengan rutinitas kerumahtanggaan tersebut dapat mempengaruhi  munculnya perilaku  mencubit, membentak anak, memarahi anak dengan kata-kata kasar bahkan ada yang memukul. Artinya beban dari tugas rumah tangga memunculkan reaksi negatif yang kurang menguntungkan dalam bentuk agresifitas verbal maupun non verbal seperti ekpresi vocal, ekpresi wajah, gerakan dan isyarat tubuh, tindakan emosional, dan perubahan fisiologis.
            Pada umumnya, pelaksanaan tugas selalu mengandung permasalahan dan tantangan. Masalah dan tantangan ini seringkali menimbulkan stres yang bisa mengganggu  pencapaian  tujuan. Hans  Selye mengatakan  bahwa  stres  adalah reaksi seseorang mengenai segala hal yang mengganggu keseimbangan hidupnya. Ia mendefinisikan stres menjadi dua jenis yaitu stres positif (eustress) dan stres negatif (distress). Stres positif adalah stres yang mendorong manusia   untuk   beradaptasi   dengan   lingkungan   dan   mempercepat   prose pemecahan masalah. Stres yang positif dapat dirasakan menjelang saat-saat penting kehidupan seseorang. Sedangkan stres yang negatif atau distress adalah stres yang tidak dapat diatasi, membuat tubuh kelelahan dan dapat menghasilkan gangguan secara fisik maupun psikis. Ibu rumah tangga yang mengalami stres negatif ditandai dengan perasaan cemas, takut atau khawatir. Stres semacam ini biasanya muncul karena seseorang dihadapkan pada hal-hal yang tidak disukainya. Suatu kondisi tegangan psikologis yang diakibatkan oleh tuntutan dari lingkungan yang dipersepsi sebagai ancaman. Stres merupakan bagian dari kondisi manusiawi.
            Ibu rumah tangga mengalami stres karena beban rumah tangga yang rutin Overload. Overload adalah sebuah kondisi dimana ibu rumah tangga merasa terlalu banyak hal yang harus dihadapi dan diselesaikan. Seorang ibu rumah tangga akan memiliki masalah dengan anak dan pekerjaan rumah tangganya yang sangat mungkin menyebabkan seorang ibu rumah tangga mengalami overload. Fokus kehidupan berumah tangga yang rutin hanya pada persoalan pengasuhan dan perawatan anak dan suami, maka pencetus stres tentunya bersumber dari hubungannya dengan anak dan suami. Anak yang nakal dan suami yang tidak membantu urusan rumah tangga bisa membuat stres yang pada akhirnya menimbulkan perilaku agresif.
            Stres merupakan reaksi psikis yang timbul akibat adanya tekanan, baik internal maupun eksternal. Stres yang tidak segera ditangani akan berdampak buruk bagi kesehatan. Pada tingkat stres yang berat, orang bisa menjadi depresi, kehilangan rasa percaya diri dan hargadiri. Akibatnya, ia lebih banyak menarik diri dari lingkungan, jarang berkumpul dengan sesamanya, lebih suka menyendiri, mudah tersinggung, mudah marah dan mudah emosi bahkan bisa merugikan anggota keluarga seperti memukul, menyakiti anak, suami maupun anggota yang lain.
            Semua emosi pada dasarnya melibatkan berbagai perubahan tubuh yang tampak dan tersembunyi, baik yang dapat diketahui atau tidak, seperti perubahan dalam pencernaan, denyut jantung, jumlah hemoglobin, sekresi adrenalin, jumlah dan jenis hormone, sesak nafas, tremor, pucat, pingsan, menangis, dan rasa mual. Maka dari itu terkadang ketika ibu rumah tangga marah kepada anaknya, setelah itu sang ibu akan merasakan jantungnya berdebar kencang serta tekanan darah naik.  
            Faktor internal yang menyebabkan ibu rumah tangga emosi adalah kepribadian, usia dan waktu tidur. Karena emosi dapat muncul pada seorang yang kepribadiannya memang tidak dapat mengontrol emosi. Sebagai contoh ketika sang ibu kesal kepada anaknya, jika ibu tersebut dapat mengontrol emosinya dengan baik maka ia tidak akan memarahi anaknya. Waktu tidur juga mempengaruhi emosi ibu rumah tangga, jika sang ibu mendapatkan tidur yang cukup maka suasana hatinya senantiasa tenang, berbeda jika sang ibu tidak mendapatkan tidur yang cukup maka ia akan merasa lelah lalu mudah marah.
            Sedangkan faktor eksternal yang menyebabkan ibu rumah tangga memarahi anaknya adalah nilai-nilai keluarga, adat istiadat dan budaya. Jika nilai-nilai di keluarganya sangat teratur dan baik maka tidak akan sang ibu tega memarahi anaknya apalagi sampai mengeluarkan kata-kata kasar. Begitu juga adat istiadat dan budaya dimana keluarga tersebut tinggal, jika keluarga tersebut tinggal di lingkungan yang kumuh dan keras maka cenderung pendidikan sang ibu untuk menempatkan emosi terhadap anaknya pun kurang.
            Untuk mengatasi emosi ibu rumah tangga ada beberapa cara yang dapat dilakukan :
- Sang ibu harus belajar meredam maupun mengontrol emosi, walau pada dasarnya ia kelelahan karena menjalani tugas dan mendapatkan beban dari keluarganya. Dalam hal ini harus ada kerjasama dengan keluarga, sang suami bisa membantu beberapa pekerjaan yang ia bisa lakukan demi meringankan beban sang istri.
- Sang ibu harus lebih banyak belajar dan memperdalam ilmu tentang bagaimana menjadi istri yang baik tanpa harus meluapkan kekesalannya kepada anak walaupun kondisi psikologis ia sedang mendapat tekanan.
- Karena saat emosi pasti terjadi perubahan denyut jantung dan peredaran darah, maka ada baiknya saat emosi negative tersebut muncul sang ibu segara menarik nafas. Dengan menarik nafas maka perlahan akan membuat kondisi psikologis ibu menjadi tenang.
- Kerjakanlah semua tugas ibu rumah tangga dengan senang hati, semata-mata untuk berbakti kepada suami dan wujud kasih saying terhadap anak.
- Sang suami harus memberikan penghargaan ataupun sesuatu yang dapat menyenangkan hati istri, agar sang istri merasa dihargai usahanya. Dan juga sang anak harus taat peraturan agar ibu tidak menahan batin kekesalan terhadap anak.
            Jadi kesimpulannya adalah emosi ibu rumah tangga karena berbagai tekanan dapat diredam dengan berbagai cara. Karena pada dasarnya semua orang pasti dapat mengeluarkan emosinya, tapi tergangung bagaimana ia mengontrol emosinya tersebut.
            



MOTIVASI ANAK PEMULUNG

            Pemulung adalah orang yang memungut barang-barang bekas atau sampah tertentu untuk proses daur ulang. Pekerjaan pemulung sering dianggap memiliki konotasi negatif. Ada dua jenis pemulung : pemulung lepas, yang bekerja sebagai swausaha, dan pemulung yang tergantung pada seorang bandar yang meminjamkan uang ke mereka dan memotong uang pinjaman tersebut saat membeli barang dari pemulung. Pemulung berbandar hanya boleh menjual barangnya ke bandar. Tidak jarang bandar memberi pemondokan kepada pemulung, biasanya di atas tanah yang didiami bandar, atau di mana terletak tempat penampungan barangnya.
            Pada saat ini tidak jarang kita menemukan pemulung yang berusia dibawah 17 tahun. Banyak orang tua yang mengutus atau menyuruh anaknya untuk bekerja sebagai pemulung tanpa memandang berapa umur dari anak tersebut. Hal ini bersangkutan kepada HAM, anak tersebut seharusnya mendapatkan hak untuk menuntut ilmu disekolah selayaknya anak sebaya mereka. Namun karena adanya keterbatasan ekonomi, mereka harus merelakan pendidikan mereka dan beralih kepada bak-bak sampah untuk mencari barang bekas demi mengumpulkan uang untuk sesuap nasi.
            Namun, ada kasus berbeda yang saya temui. Saya memiliki teman, bisa dibilang sahabat. Sebut saja namanya X. Kami menjalin hubungan pertemanan sudah 8 tahun. Ia adalah seorang anak dari pemulung didekat rumah saya. Walaupun ia seorang anak pemulung, perjuangannya untuk tetap meraih kesuksesan bisa diacungi jempol.
            X memiliki motif yang baik untuk memperjuangkan pendidikannya. Motif adalah kekuatan dalam diri individu yang mendorong untuk berbuat. Bisa dibilang motif adalah penggerak. Jenis motif yang ada pada diri X adalah motif sosial, karena X mempelajari dan berkaca kepada banyak perilaku individu lain serta kelompok sosial yang lebih sukses darinya.
            Motif manusia bisa bekerja secara sadar maupun tidak, untuk mengerti dan memahami tingkah laku manusia dengan lebih sempurna maka patutlah kita pahami dan mengerti terlebih dahulu apa dan bagaimana motif-motifnya daripada tingkah lakunya. Motif manusia merupakan dorongan, hasrat, keinginan, dan tenaga penggerak lainnya yang berasal dari dalam dirinya untuk melakukan sesuatu. Motif itu memberi tujuan dan arah kepada tingkah laku kita.
            Sebagai contoh X bisa dibilang berasal dari keluarga yang perokonomiannya rendah, namun dengan semangat dan motif yang tertanam didalam diri X, ia selalu mempunyai tekad untuk memperjuangkan sesuatu yang ia inginkan agar kesuksesan dapat ia raih.
Dua tahun lalu X pernah berkata kepada saya “Lihat saya ya beberapa tahun lagi akan sama seperti anak-anak lainnya, yang menuntut ilmu di Perguruan Tinggi dan saya akan merubah penampilan saya”. Dan saat ini terbukti ia telah bekerja sekaligus kuliah di Perguruan Tinggi.
            Motif X adalah besarnya kekuatan dalam dirinya untuk merubah hidup, untuk menyamaratakan derajat dengan teman sebayanya, dan untuk membawa keluarganya menuju kesuksesan dimasa depan.
            Adapula Motivasi, yaitu keadaan dalam diri individu atau organisme yang mendorong je arah dan tujuan tertentu. Atau bisa juga diartikan sebagai kecenderungan organisme untuk melakukan sesuatu atau sikap perilaku yang dipengaruhi oleh kebutuhan dan diarahkan pada tujuan tertentu yang telah direncanakan. Jadi motivasi adalah bagaimana untuk membangkitkan motif, membangkitkan daya gerak, atau menggerakkan seseorang untuk berbuat sesuatu dalam rangka mencapai suatu kepuasan atau tujuan.
            Motivasi bukan berupakan suatu kekuatan yang netral, atau kekuatan yang kebal terhadap pengaruh faktor-faktor lain, misalnya pengalaman masa lampau, taraf intelensi, kemampuan fisik, situasi lingkungan, dan cita-cita hidup. Dalam motif, umumnya terdapat dua unsur pokok yaitu untuk dorongan/kebutuhan dan unsur tujuan. Proses interaksi timbal balik antara kedua unsur ini terjadi didalam diri manusia, namun dapat juga dipengaruhi oleh hal-hal diluar diri manusia. Oleh karena itu, bisa saha terjadi perubahan motivasi dalam waktu yang relative singkat jika ternyata motivasi pertama mendapat hambatan atau tidak mungkin terpenuhi.
            Jadi motivasi X adalah membangkitkan motif yang berupa kekuatan untuk memperjuangkan kehidupannya agar menjadi lebih sukses. Cara menjalankan motivasinya adalah dengan belajar sungguh-sungguh agar ia mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan pendidikannya, namun tidak lupa ia tetap membantu kedua orangtuanya untuk mencari barang-barang bekas. Ia berusaha dengan giat, bahkan ia pernah menjual makanan jadi seperti pepes, lontong, dan berbagai macam gorengan yang dibuat oleh ibunya. Ia menjual makanan tersebut di sekolah, tanpa rasa malu setiap hari ia mendatangi semua kelas dan menjajakan makanan milikny. Dan terbukti, dengan motivasi yang gigih dan motif yang kuat, semua makanan yang ia jual setiap harinya selalu habis.
            Faktor yang memperngaruhi Motivasi X adalah internal yaitu kebutuhan fisiologis dan kepuasan. Jika X sudah berjuang dengan motivasi dan motifnya, maka ia akan meraih apa yang diinginkannya dan merasakan kepuasan. Ada juga faktor eksternal berupa reward dan punishment, hadiah yang X dapatkan saat berhasil mengembangkan motifnya adalah beasiswa pendidikan, namun jika X tidak berhasil mengembangkan motifnya maka X akan mendapatkan ganjaran berupa hidupnya tidaka akan pernah berubah menjadi lebih baik.
            Perjuangan X dalam motivasi untuk mengembangkan motifnya menurut Teori Hirarki Kebutuhan yang dikemukakan Abraham Maslow adalah merupakan metakebutuhan. Di tingkatan ke empat adalah kebutuhan ingin dihargai dan kebutuhan ke lima adalah aktualisasi diri. Maka kebutuhan X harus terpenuhi, jika tidak akan timbul psikopatologi berupa kecemasan.
            X sedang memperjuangkan beberapa kebutuhan menurut Teori Murray yang pada umumnya mendorong X untuk bertindak/berperilaku agar kebutuhannya dapat tercapai. Kebutuhannya antara lain adalah berprestasi, otonomy, pertahanan, hormat, dominasi, pamer, infavoidance, dan sentience.
            Dalam lingkaran motivasi, kebutuhan X adalah kebutuhan untuk mendapatkan pendidikan dan mendapatkan kehidupan yang layak. Sedangkan tujuan X adalah meraih beasiswa untuk melanjutkan pendidikan ke Perguruan Tinggi agar nantinya bisa mendapatkan pekerjaan yang menghantarkannya menujur kesuksesan. Dan tingkah laku X adalah terus belajar dengan giat agar mendapat prestasi yang baik, serta tetap membantu orangtua mencari nafkah.
            Kesimpulannya, motivasi X adalah keseluruhan daya penggerak di dalam diri yang menimbulkan kegiatan belajar serta mencari nafkah demi menjamin kelangsungan dan memberikan arah pada kesuksesannya kelak, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh X dapat tercapai.
            Motivasi memegang peranan yang sangat penting dalam motif didalam diri X, mempengaruhi intensitas kegiatan belajar, dan motivasi dipengaruhi oleh tujuan yang akan dicapai dengan usaha keras. Semakin tinggi motif X maka akan semakin besar pula motivasinya, dan semakin besar motivasi X akan semakin kuat pula kerja kerasnya.