TUGAS
PSIKOLOGI UMUM
Disusun oleh:
Siti
Hasanah
1A514355
1PA04
FAKULTAS PSIKOLOGI
JURUSAN PSIKOLOGI
UNIVERSITAS GUNADARMA
DEPOK
2015
EMOSI
DAN STRESS IBU RUMAH TANGGA
Ibu
rumah tangga adalah seorang wanita yang bekerja menjalankan atau mengelola
rumah keluarganya, bertanggung jawab untuk mendidik anak-anaknya, memasak dan
menghidangkan makanan, membeli barang-barang kebutuhan keluarga sehari-hari,
membersihkan dan memelihara rumah, menyiapkan dan menjahit pakaian untuk keluarga,
dan lain sebagainya. Ibu rumah tangga umumnya tidak bekerja di luar rumah.
Selain
mengurus keluarga, beberapa ibu rumah tangga juga mengurus biaya rekening
telepon, rekening listrik, rekening PAM dan juga mengurus iuran sekolah anak,
yang terkadang terasa melelahkan. Keadaan ini dapat terjadi pada ibu rumah
tangga yang tidak memiliki pramuwisma, karena semua pekerjaan di rumah
dilakukan oleh ibu rumah tangga . Kelelahan fisik akibat rutinitas urusan rumah
tangga sehari-hari dapat berakibat pada kelelahan psikologis emosional ibu
rumah tangga. Beban kelelahan fisik, psikologis dan emosional ibu rumah
tangga cenderung akan
mempengaruhi perilaku sehari-harinya yang
kurang menguntungkan anggota keluarganya termasuk anak-anaknya seperti memarahi,
memukul, mencubit, berbicara dengan kasar dan menyakitkan perasaan. Dengan kata
lain ibu rumah tangga stress akibat kelelahan karena rutinitas urusan rumah
tangga dapat mempengaruhi munculnya perilaku agresif pada ibu rumah tangga.
Emosi
yang ditimbulkan oleh ibu rumah tangga saat mengalami kelelahan psikologis
adalah emosi negatif yang berupa kemarahan. Walau pada dasarnya macam-macam
emosi tidaklah selalu negatif. Dan emosi kemarahan ibu rumah tangga dapat
menyebabkan kecenderungan menimbulkan stress, perilaku agresif bahkan frustasi.
Agresif
adalah tingkah laku kekerasan fisik maupun verbal terhadap individu-individu
lain atau objek lain. Menurut Krahe, menunjukkan bahwa perempuan lebih sering
terlibat dalam penganiayaan anak dibandingkan laki-laki. Hal ini antara lain karena
merekalah yang lebih banyak bertanggung jawab mengasuh anak terutama anak-anak
yang masih kecil. Dengan demikian, mereka pulalah yang lebih berkemungkinan
menghadapi masalah-masalah dalam interaksinya dengan anak, yang pada akhirnya
mengarah pada kekerasan. Salah satu pemicu tingkah laku agresif ibu rumah
tangga adalah beban yang berasal dari beban tugas- tugas rumah yang harus
diselesaikan. Seperti yang disinggung dalam definisi Crow & Crow bahwa
semua itu bergantung pada emosi yang kita pilih dalam reaksi kita terhadap
orang lain, kejadian-kejadian dan situasi di sekitar kita.
Kemarahan
selalu berhubungan dengan keadaan tertentu, kemarahan bisa pula timbul
sehubungan dengan keadaan yang sebetulnya tidak lazim menimbulkan kemarahan. Emosi
adalah reaksi kompleks yang mengandung aktivitas dengan derajat yang tinggi,
dan adanya perubahan dalam kejasmanian serta berkaitan dengan perasaan yang
kuat. Emosi pada ibu rumah tangga bersifat intens, yaitu sering karena
kelalahan psikologis yang memicu terbentuknya emosi. Waktu emosi juga relatif
singkat, karena tidak mungkin ibu rumah tangga emosi kepada anaknya dalam waktu
yang panjang. Pasti sang ibu mempunyai perasaan tidak tega jika meluapkan emosi
kepada ananknya secara berkepanjangan. Ibu rumah tangga yang sedang emosi juga
sering merubah perilakunya, tergantung perasaannya saat itu. Lalu ibu rumah
tangga yang sedang emosi pasti mengalami gangguan hubungan antara lingkungan
sekitar.
Hal ini dialami oleh ibu rumah tangga yang
bertempat tinggal di Kompel X seperti yang diungkapkan dibawah ini :
“Saya
capek dengan tugas-tugas saya di rumah, saya merasa terbebani dengan semuanya.
Saya membereskan rumah tiap hari, mengurusi keperluan rumah tangga. Saya bosan
dengan kegiatan-kegiatan seperti itu kalau di rumah. Selain itu jika anak saya
nangis, rewel, minta ini minta itu semuanya harus diturutin sama anak saya.
Saya pusing dengan dengan tangisan dan rengekan anak saya. Saya jadi kesal dan
saya cubit anak saya biar berhenti nangisnya” (T, ibu rumah tangga, 45
tahun).
Berdasarkan
ungkapan ibu T diatas yang mempunyai banyak pekerjaan di rumah tangga dan
merasa terbebani dengan rutinitas kerumahtanggaan tersebut dapat
mempengaruhi munculnya perilaku mencubit, membentak anak, memarahi anak
dengan kata-kata kasar bahkan ada yang memukul. Artinya beban dari tugas rumah
tangga memunculkan reaksi negatif yang kurang menguntungkan dalam bentuk agresifitas
verbal maupun non verbal seperti ekpresi vocal, ekpresi wajah, gerakan dan
isyarat tubuh, tindakan emosional, dan perubahan fisiologis.
Pada
umumnya, pelaksanaan tugas selalu mengandung permasalahan dan tantangan. Masalah
dan tantangan ini seringkali menimbulkan stres yang bisa mengganggu pencapaian
tujuan. Hans Selye mengatakan bahwa
stres adalah reaksi seseorang
mengenai segala hal yang mengganggu keseimbangan hidupnya. Ia mendefinisikan
stres menjadi dua jenis yaitu stres positif (eustress)
dan stres negatif (distress).
Stres positif adalah stres yang mendorong manusia untuk
beradaptasi dengan lingkungan
dan mempercepat prose pemecahan masalah. Stres yang positif
dapat dirasakan menjelang saat-saat penting kehidupan seseorang. Sedangkan
stres yang negatif atau distress adalah
stres yang tidak dapat diatasi, membuat tubuh kelelahan dan dapat menghasilkan
gangguan secara fisik maupun psikis. Ibu rumah tangga yang mengalami stres
negatif ditandai dengan perasaan cemas, takut atau khawatir. Stres semacam ini
biasanya muncul karena seseorang dihadapkan pada hal-hal yang tidak disukainya.
Suatu kondisi tegangan psikologis yang diakibatkan oleh tuntutan dari
lingkungan yang dipersepsi sebagai ancaman. Stres merupakan bagian dari kondisi
manusiawi.
Ibu
rumah tangga mengalami stres karena beban rumah tangga yang rutin Overload. Overload adalah sebuah kondisi
dimana ibu rumah tangga merasa terlalu banyak hal yang harus dihadapi dan
diselesaikan. Seorang ibu rumah tangga akan memiliki masalah dengan anak dan
pekerjaan rumah tangganya yang sangat mungkin menyebabkan seorang ibu rumah
tangga mengalami overload. Fokus
kehidupan berumah tangga yang rutin hanya pada persoalan pengasuhan dan
perawatan anak dan suami, maka pencetus stres tentunya bersumber dari
hubungannya dengan anak dan suami. Anak yang nakal dan suami yang tidak
membantu urusan rumah tangga bisa membuat stres yang pada akhirnya menimbulkan
perilaku agresif.
Stres
merupakan reaksi psikis yang timbul akibat adanya tekanan, baik internal maupun
eksternal. Stres yang tidak segera ditangani akan berdampak buruk bagi
kesehatan. Pada tingkat stres yang berat, orang bisa menjadi depresi, kehilangan
rasa percaya diri dan hargadiri. Akibatnya, ia lebih banyak menarik diri dari
lingkungan, jarang berkumpul dengan sesamanya, lebih suka menyendiri, mudah
tersinggung, mudah marah dan mudah emosi bahkan bisa merugikan anggota keluarga
seperti memukul, menyakiti anak, suami maupun anggota yang lain.
Semua
emosi pada dasarnya melibatkan berbagai perubahan tubuh yang tampak dan
tersembunyi, baik yang dapat diketahui atau tidak, seperti perubahan dalam
pencernaan, denyut jantung, jumlah hemoglobin, sekresi adrenalin, jumlah dan
jenis hormone, sesak nafas, tremor, pucat, pingsan, menangis, dan rasa mual. Maka
dari itu terkadang ketika ibu rumah tangga marah kepada anaknya, setelah itu
sang ibu akan merasakan jantungnya berdebar kencang serta tekanan darah naik.
Faktor
internal yang menyebabkan ibu rumah tangga emosi adalah kepribadian, usia dan
waktu tidur. Karena emosi dapat muncul pada seorang yang kepribadiannya memang
tidak dapat mengontrol emosi. Sebagai contoh ketika sang ibu kesal kepada
anaknya, jika ibu tersebut dapat mengontrol emosinya dengan baik maka ia tidak
akan memarahi anaknya. Waktu tidur juga mempengaruhi emosi ibu rumah tangga,
jika sang ibu mendapatkan tidur yang cukup maka suasana hatinya senantiasa
tenang, berbeda jika sang ibu tidak mendapatkan tidur yang cukup maka ia akan
merasa lelah lalu mudah marah.
Sedangkan
faktor eksternal yang menyebabkan ibu rumah tangga memarahi anaknya adalah
nilai-nilai keluarga, adat istiadat dan budaya. Jika nilai-nilai di keluarganya
sangat teratur dan baik maka tidak akan sang ibu tega memarahi anaknya apalagi
sampai mengeluarkan kata-kata kasar. Begitu juga adat istiadat dan budaya
dimana keluarga tersebut tinggal, jika keluarga tersebut tinggal di lingkungan
yang kumuh dan keras maka cenderung pendidikan sang ibu untuk menempatkan emosi
terhadap anaknya pun kurang.
Untuk
mengatasi emosi ibu rumah tangga ada beberapa cara yang dapat dilakukan :
- Sang ibu harus belajar meredam maupun
mengontrol emosi, walau pada dasarnya ia kelelahan karena menjalani tugas dan
mendapatkan beban dari keluarganya. Dalam hal ini harus ada kerjasama dengan
keluarga, sang suami bisa membantu beberapa pekerjaan yang ia bisa lakukan demi
meringankan beban sang istri.
- Sang ibu harus lebih banyak belajar
dan memperdalam ilmu tentang bagaimana menjadi istri yang baik tanpa harus
meluapkan kekesalannya kepada anak walaupun kondisi psikologis ia sedang
mendapat tekanan.
- Karena saat emosi pasti terjadi
perubahan denyut jantung dan peredaran darah, maka ada baiknya saat emosi
negative tersebut muncul sang ibu segara menarik nafas. Dengan menarik nafas
maka perlahan akan membuat kondisi psikologis ibu menjadi tenang.
- Kerjakanlah semua tugas ibu rumah
tangga dengan senang hati, semata-mata untuk berbakti kepada suami dan wujud
kasih saying terhadap anak.
- Sang suami harus memberikan
penghargaan ataupun sesuatu yang dapat menyenangkan hati istri, agar sang istri
merasa dihargai usahanya. Dan juga sang anak harus taat peraturan agar ibu
tidak menahan batin kekesalan terhadap anak.
Jadi
kesimpulannya adalah emosi ibu rumah tangga karena berbagai tekanan dapat
diredam dengan berbagai cara. Karena pada dasarnya semua orang pasti dapat
mengeluarkan emosinya, tapi tergangung bagaimana ia mengontrol emosinya
tersebut.
MOTIVASI ANAK PEMULUNG
Pemulung adalah orang yang memungut barang-barang
bekas atau sampah
tertentu untuk proses daur ulang. Pekerjaan pemulung sering dianggap memiliki
konotasi negatif. Ada dua jenis pemulung : pemulung lepas, yang bekerja
sebagai swausaha, dan pemulung yang tergantung pada seorang bandar yang meminjamkan uang ke mereka dan memotong
uang pinjaman tersebut saat membeli barang dari pemulung. Pemulung berbandar
hanya boleh menjual barangnya ke bandar. Tidak jarang bandar memberi pemondokan
kepada pemulung, biasanya di atas tanah yang didiami bandar, atau di mana
terletak tempat penampungan barangnya.
Pada saat ini tidak jarang kita
menemukan pemulung yang berusia dibawah 17 tahun. Banyak orang tua yang
mengutus atau menyuruh anaknya untuk bekerja sebagai pemulung tanpa memandang
berapa umur dari anak tersebut. Hal ini bersangkutan kepada HAM, anak tersebut
seharusnya mendapatkan hak untuk menuntut ilmu disekolah selayaknya anak sebaya
mereka. Namun karena adanya keterbatasan ekonomi, mereka harus merelakan pendidikan
mereka dan beralih kepada bak-bak sampah untuk mencari barang bekas demi
mengumpulkan uang untuk sesuap nasi.
Namun, ada kasus berbeda yang saya
temui. Saya memiliki teman, bisa dibilang sahabat. Sebut saja namanya X. Kami
menjalin hubungan pertemanan sudah 8 tahun. Ia adalah seorang anak dari
pemulung didekat rumah saya. Walaupun ia seorang anak pemulung, perjuangannya
untuk tetap meraih kesuksesan bisa diacungi jempol.
X memiliki motif yang baik untuk
memperjuangkan pendidikannya. Motif adalah kekuatan dalam diri individu yang
mendorong untuk berbuat. Bisa dibilang motif adalah penggerak. Jenis motif yang
ada pada diri X adalah motif sosial, karena X mempelajari dan berkaca kepada
banyak perilaku individu lain serta kelompok sosial yang lebih sukses darinya.
Motif manusia bisa bekerja secara
sadar maupun tidak, untuk mengerti dan memahami tingkah laku manusia dengan
lebih sempurna maka patutlah kita pahami dan mengerti terlebih dahulu apa dan
bagaimana motif-motifnya daripada tingkah lakunya. Motif manusia merupakan
dorongan, hasrat, keinginan, dan tenaga penggerak lainnya yang berasal dari
dalam dirinya untuk melakukan sesuatu. Motif itu memberi tujuan dan arah kepada
tingkah laku kita.
Sebagai contoh X bisa dibilang
berasal dari keluarga yang perokonomiannya rendah, namun dengan semangat dan
motif yang tertanam didalam diri X, ia selalu mempunyai tekad untuk
memperjuangkan sesuatu yang ia inginkan agar kesuksesan dapat ia raih.
Dua
tahun lalu X pernah berkata kepada saya “Lihat
saya ya beberapa tahun lagi akan sama seperti anak-anak lainnya, yang menuntut
ilmu di Perguruan Tinggi dan saya akan merubah penampilan saya”. Dan saat
ini terbukti ia telah bekerja sekaligus kuliah di Perguruan Tinggi.
Motif X adalah besarnya kekuatan
dalam dirinya untuk merubah hidup, untuk menyamaratakan derajat dengan teman
sebayanya, dan untuk membawa keluarganya menuju kesuksesan dimasa depan.
Adapula Motivasi, yaitu keadaan
dalam diri individu atau organisme yang mendorong je arah dan tujuan tertentu.
Atau bisa juga diartikan sebagai kecenderungan organisme untuk melakukan
sesuatu atau sikap perilaku yang dipengaruhi oleh kebutuhan dan diarahkan pada
tujuan tertentu yang telah direncanakan. Jadi motivasi adalah bagaimana untuk
membangkitkan motif, membangkitkan daya gerak, atau menggerakkan seseorang
untuk berbuat sesuatu dalam rangka mencapai suatu kepuasan atau tujuan.
Motivasi bukan berupakan suatu
kekuatan yang netral, atau kekuatan yang kebal terhadap pengaruh faktor-faktor
lain, misalnya pengalaman masa lampau, taraf intelensi, kemampuan fisik,
situasi lingkungan, dan cita-cita hidup. Dalam motif, umumnya terdapat dua
unsur pokok yaitu untuk dorongan/kebutuhan dan unsur tujuan. Proses interaksi
timbal balik antara kedua unsur ini terjadi didalam diri manusia, namun dapat
juga dipengaruhi oleh hal-hal diluar diri manusia. Oleh karena itu, bisa saha
terjadi perubahan motivasi dalam waktu yang relative singkat jika ternyata
motivasi pertama mendapat hambatan atau tidak mungkin terpenuhi.
Jadi motivasi X adalah membangkitkan
motif yang berupa kekuatan untuk memperjuangkan kehidupannya agar menjadi lebih
sukses. Cara menjalankan motivasinya adalah dengan belajar sungguh-sungguh agar
ia mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan pendidikannya, namun tidak lupa ia
tetap membantu kedua orangtuanya untuk mencari barang-barang bekas. Ia berusaha
dengan giat, bahkan ia pernah menjual makanan jadi seperti pepes, lontong, dan
berbagai macam gorengan yang dibuat oleh ibunya. Ia menjual makanan tersebut di
sekolah, tanpa rasa malu setiap hari ia mendatangi semua kelas dan menjajakan
makanan milikny. Dan terbukti, dengan motivasi yang gigih dan motif yang kuat,
semua makanan yang ia jual setiap harinya selalu habis.
Faktor yang memperngaruhi Motivasi X
adalah internal yaitu kebutuhan fisiologis dan kepuasan. Jika X sudah berjuang
dengan motivasi dan motifnya, maka ia akan meraih apa yang diinginkannya dan
merasakan kepuasan. Ada juga faktor eksternal berupa reward dan punishment,
hadiah yang X dapatkan saat berhasil mengembangkan motifnya adalah beasiswa
pendidikan, namun jika X tidak berhasil mengembangkan motifnya maka X akan
mendapatkan ganjaran berupa hidupnya tidaka akan pernah berubah menjadi lebih
baik.
Perjuangan X dalam motivasi untuk
mengembangkan motifnya menurut Teori Hirarki Kebutuhan yang dikemukakan Abraham
Maslow adalah merupakan metakebutuhan. Di tingkatan ke empat adalah kebutuhan
ingin dihargai dan kebutuhan ke lima adalah aktualisasi diri. Maka kebutuhan X
harus terpenuhi, jika tidak akan timbul psikopatologi berupa kecemasan.
X sedang memperjuangkan beberapa
kebutuhan menurut Teori Murray yang pada umumnya mendorong X untuk
bertindak/berperilaku agar kebutuhannya dapat tercapai. Kebutuhannya antara
lain adalah berprestasi, otonomy, pertahanan, hormat, dominasi, pamer,
infavoidance, dan sentience.
Dalam lingkaran motivasi, kebutuhan
X adalah kebutuhan untuk mendapatkan pendidikan dan mendapatkan kehidupan yang
layak. Sedangkan tujuan X adalah meraih beasiswa untuk melanjutkan pendidikan
ke Perguruan Tinggi agar nantinya bisa mendapatkan pekerjaan yang
menghantarkannya menujur kesuksesan. Dan tingkah laku X adalah terus belajar
dengan giat agar mendapat prestasi yang baik, serta tetap membantu orangtua
mencari nafkah.
Kesimpulannya, motivasi X adalah keseluruhan daya penggerak di dalam diri yang
menimbulkan kegiatan belajar serta mencari nafkah demi menjamin kelangsungan
dan memberikan arah pada kesuksesannya kelak, sehingga tujuan yang dikehendaki
oleh X dapat tercapai.
Motivasi memegang peranan yang sangat
penting dalam motif didalam diri X, mempengaruhi intensitas kegiatan belajar, dan motivasi dipengaruhi oleh tujuan yang akan
dicapai dengan usaha keras. Semakin tinggi motif X maka akan semakin besar pula motivasinya, dan
semakin besar motivasi X akan semakin kuat pula kerja kerasnya.